Monday, September 27, 2010

Kisah Pendeta Roma yang akhirnya masuk Islam
Kisah Pendeta Roma yang akhirnya masuk Islam - Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.

Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.

Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’ala, pasti Dia Azza wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan dapat dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmati Islam. Semoga Allah merahmati Syaikh kami Al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan.

“Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan As-Sunnah”.

Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
“Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam dan pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya”.

Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik dan kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seseorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’ala.

Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memerliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-

Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nasrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.

Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan :

Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.

Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku.

Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaannku, akan tetapi tetap saja belum sempurna

Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan shalat Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama. Ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu dan saudara-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka

Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke Ad-Dir [1] disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.

Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu Ad-Dir ke Ad-Dir yang lain, saya membaca dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang tidak bisa meninggalkan Ad-Dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu Ad-Dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.

Setelah itu, saya memutuskan untuk berkelilng ke berbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat terkesan, sehingga saya mencintai

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah. Keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka memfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali Radhiyallahu ‘anhu, serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.

Semua diskusi tersebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.

Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju kedalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang tebuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.

Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku, Alhamdulillah.

Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke Ad-Dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah Ad-Dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk

Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari Ad-Dir, setelah itu saya menuju Al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju Al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman dan Al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.

Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.

Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah ku-kumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.

Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris. Akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.

Kemudian saya putuskan untuk kembali ke Al-Quds, karena saya yakin bahwa Al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju Al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan Al-Qur’an, Injil dan Taurat, kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan Al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan Al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘Alaihis salam yang asli

Selanjutnya saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang da’i dari teman-temannya para da’i.

Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sahabat yang mulia, Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu, karena didalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.

Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya Fadhilatusy Syaikh Hisyam Al-Arif Hafidhohullah, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.

Setalah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaannku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.

Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan.

“Asyhadu An Laa Ilaha Illallahu Wa Anna Muhammadan Rasulullah”

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.

Maka serta merta saudara Amjad memeluku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas ke-Islamanku, kemudian kami sujud syukur sebagaimana ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi [2] dan berangkat ke Masjid Al-Aqsho untuk menunaikan shalat dhuhur.

Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jama’ah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bepaknya para nabi, yaitu Ibrahim Alaihis sallam yang melakukan khitan pada usia 80 tahun.[3]

Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan As-Sunnah.

[Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc dari majalah Ad-Da’wah As-Salafiyah – Palestina edisi Perdana, Muharram 1427H halaman 21-24]

SUMBER:RISALAHJIHAD.BLOGSPOT.COM

Friday, September 10, 2010

Biografi Abdullah bin Amr bin Ash
Biografi Abdullah bin Amr bin Ash - Beliau adalah Abdullah bin amr bin ash, ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Al ash. Ketika beliau masuk Islam Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam merubah nama beliau dengan Abdullah. Gelar beliau adalah Abu Muhammad atau ada pula yang mengatakan Abdurrahman atau Abu Nushair Al QuraysAs Sahmi.


Beliau adalah sosok mujahid yang tangguh, tinggi, gemuk dan berwajah kemerah-merahan putih rambut dan jenggotnya.Ketika usianya telah lanjut kedua mata beliau buta. Abdullah bin Amr adalah orang yang alim, shalih, kuat dan bersemangat dalam beribadah. Beliau adalah sahabat rasulullah, demikian pula Bapaknya, bahkan beliau lebih dahulu masuk islam sebelum bapaknya. Beliau dikenal sangat rajin membaca Al quran, tiada punya rasa bosan. Abdullah memang dikenal sangat rajin beribadah, baik sholat, puasa membaca Al Quran maupun shalat malam, sampai beliau berlebihan dalam menjalankannya.Rasulullah pun memanggil Abdullah dan diperintahkan agar tidak terlalu berlebihan dalam beribadah.
Dan beliau bersabda :

"Aku puasa dan berbuka, bangun shalat malam dan tidur juga menikahi wanita, maka yang tidak suka sunahku tidaklah termasuk golonganku"

Abdullah bin Amr ini semenjak masuk Islam pertama-tama yang menjadi pusat perhatiannya adalah Al Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur. Setiap turun ayat maka dihafalkan dan diusahakan untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan sempurna beliau pun telah hafal keseluruhannya. Dan beliau menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingatakan tetap idihafalkan dengan tujuan dapat dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian menjadi hamba Allah yang taat.

Abdullah pernah berkata: "Kami telah mengumpulkan Al Quran kemudian kami membaca keseluruhannnya dalam waktu semalam".Memang beliau dikaruniakan akal yang sempurna ,cerdas, semangat dalam mencari ilmu dariNabi, rajin dan tekun mencatat. Ia pun memiliki ilmu dan amal yang mapan.

Abu hurairah pernah berkata"Tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah yang lebih banyak haditsnya dari pada kami kecuali abdullah bin amr, Karena beliau menulis dan kami tidak menulis."

Diantara keistimewaan beliau adalah bahwa beliau sebaik-baik ahlu bait. Dan ketika berada di rumah rasulullah ,rasul bertanya"Tahukah kamu siapa yang bersama kami di rumah ?", Kami berkata: "siapaya rasulullah". Beliau menjawab Jibril.Kami berkata"Assalamualaika yaa jibril warahmatullah".Kemudian rasulullah bersabda"Sesungguhnya Jibril telah menjawab salam kamu"(HR Tabrani).

Beliau wafat pada malam hari di usianya yang ke 72 tahun bertepatan dengan tahun 65 atau 63 hijriah.Beliau dimakamkan di rumah beliau sendiri, karena terjadinya kerusuhan di waktu itu.
Biografi ‘Abdullah bin Mas’ud
Biografi 'Abdullah bin Mas'ud - Yang pertama kali mengumandangkan Al quran dengan suara merdu

Nama dan Nasab Beliau
Ia memiliki nama lengkap ‘Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil Abu ‘Abdirrahman Al Hadzali Al Maki Al Muhajiri. ‘Abdullah merupakan salah satu penghimpun Al Quran di masa rasulullah dan membacakan dihadapanya. Ia pernah berkata, “Aku telah mengafal dari mulut rasulullah tujuh puluh surat."

‘Abdullah selalu mengikuti Rasulullah sejak usia belia. Pendengarannya selalu dihiasi dengat ayat-ayat Al Quran sejak turun kepada rasulullah. Kiprahnya dalam memilihara Al Quran tidak perlu diragukan lagi. Ia hidup bersama dan untuk Al Quran.

‘Abdullah menjadi ulama yang paling tahu tentang Al Quran. Tak heran bila rasulullah memujinya dan menganjurkan para sahabat dan orang setelahnya untuk mempelajari kandungan Al Quran dari Abdullah bin Masud.

Wafat beliau

‘Abdullah bin Mas’ud wafat pada tahun 32 H. dalam usia 65 tahun. Ia wafat di madinah dan telah meriwayatkan 840 hadist.
Biografi Ali bin Abi Thalib
Biografi Ali bin Abi Tholib - Ali adalah seorang pengafal Al Quran yang kuat dan termasuk diantara orang-orang yang pertama kali yang mendapat hidayah islam. Ali berislam dalam usia belia. Ia memiliki nama lengkap , Ali bin Abi Thalib Amir Al Mukminin Abu Al Hasan Al Quraisyi Al Hasyimi.

Akhlak beliau

Ali terkenal zuhud, wara, dan dermawan. Ia menganggap rendah dunia dan selalu beramal untuk akhirat. Ia sangat menguasai ilmu Al Quran. Abu “Abdurrahman As Sulmi pernah berkata, “ Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih pandai dalam Al Quran dari pada Ali."

Kehidupan Ali selalu diwarnai dengan Al Quran. Ali berkata tentang dirinya dan karunia Allah kepadanya, “Demi Allah, tidak satu pun ayat yang diturunkan serta kepada siapa diturunkan. Sesungguhnya Allah telah memberikan kecerdasan hati dan lidah yang fasih."

Wafat beliau

Ali syahid terbunuh pagi hari tanggal 17 Ramadhan 40 H. di Kuffah. Ia dibunuh Ibnu Muljam Al Maradi.
Biografi Abbas bin Abdul Muththalib
Biografi Abbas bin Abdul Muththalib - Ia adalah paman RasulullahShallallahu 'alaihiwasallam sebagaimana perkataan rasulullah ,"Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan menyakitiku."

Jabatan Abbas bin Abdul Muthathalib

Di zamanJahiliah, ia mengurus kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji. Ia pemah menjadi pembantu dan penasihat utama dalam bai'at al-Aqabahmenghadapi kaum Anshar dari Madinah. Sebagaimana perkataaan beliau :
"Wahai kaum Khazraj, ( pada masa itu, suku al-Aus dan al-Khazraj dipanggil dengan al-Khazrajsaja ) kalian seperti yang saya ketahui telah mengundang datang Muhammad. Ketahuilah bahwa Muhammad itu orang yang paling mulia di tengah-tengahfamilinya. Ia dibela oleh orang orang yang sepaham dan orang-orang yang tidak sepaham dengan pikirannya demi memelihara nama baik keluarga. Muhammad sudah menolak tawaran orang lain selain kalian. Kalau kalian memiliki kekuatan, ketabahan, dan pengertian tentang ilmu peperangan, mempunyai kekuatan menghadapi persekutuan dan permusuhan seluruh bangsa Arab, karena mereka akan menyerang kalian dengan satu busur dan satu anak panah, maka camkanlah baik-baik terlebih dahulu, rembukkanlah antara kalian dengan mufakat dan sepakat bulat dalam majelis ini karena sebaik-baik bicara ituialah yang jujur."

Kelahiran Abbas bin Abdul Muththalib

Menurut sejarah, ia di lahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Mekkah. Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah al-Haram.


Putra Abbas Bin Abdul Muththalib
1. al-Fadhal
2. Abdullah
3. Qutsam, wajahnya mirip benar dengan NabiShallallahu 'alaihiwasallam .
4. Ma'bad
5. Puterinya, UmmuHabibah, tidak banyak dibicarakan oleh sejarah.

Keislaman Abbas Bin Abdul Muththalib

Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan, lama sebelum Perang Badar.Keterangan kedua ini dikuatkan oleh keterangan Abu Rafi', pembantu Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam, "Pada waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku rnenjadi pembantu di rumah Abbas bin Abdul Muththalib. Ternyata, pada waktuitu, Islam sudah masuk kedalam rumah tangganya.baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam. Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia menyembunyikan keislamannya."

Wafat Abbas Bin Abdul Muththalib 

Sudah menjadi sunnatullah, setiap permulaan ada penghabisannya, setiap perjalanan ada perhentiannya, demikian pula dengan Abbas radhiallâhu 'anhu, perjalanan hidupnya terhenti dan kembali ke rahmatullah menyusul keponakkannya Shallallâhu 'alaihi wasallam dan rekan-rekannya yang lain, pada hari Jumat tanggal 12 Rajab 32 Hijrah, dalam usia 82 tahun, dan dikebumikan di al-Baqi' di Madinah, rahimullah wa radhiallahu'anhu.

Thursday, September 9, 2010

Biografi Ibnu Majah
Biografi Ibnu Majah - Nama lengkapnya ialah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Qazwaini. Lahir pada 207 H. dan meninggal dunia pada 273 H. Ia menekuni bidang hadis, berkelana dan keliling ke berbagai negeri untuk keperluan mencari hadis,sehingga ia sempat mendengar dan mendapat hadis dari murid-murid Malik dan al Laisi bin Sa'd. Hadis-hadisnya diriwatkan banyak ulama. Ia adalah salah seorang tokoh hadis termuka. Tak ketinggalan ia pun telah mengarang kitab as Sunan dan kitab lainnya.