Saudaraku seiman,
Mungkin inilah zaman fitnah sebagaimana telah telah banyak disitir al-Quran. Zaman di mana orang tidak berilmu menjadi rujukan. Zaman di mana orang tak mengerti agama justru dipuja-puja menjadi pakar agama.
Berhati-hatilah, ciri lain zaman fitnah adalah; ketika orang-orang yang memegang kebenaran laksana membawa api yang membara. Kebenaran justru menjadi bahan lecehan dan kebatilan menjadi rujukan.
Sekedar contoh betapa dekatnya zaman fintah, baru-baru ini media arus utama memberikan stigma ajaran Islam justru menjadi sebuah cap yang amat buruk. Simak terlebih dahulu berita berikut (diambil dari laman detik.com):
Kuala Lumpur - Masih ingat dengan "Klub Istri Patuh" di Malaysia yang menghebohkan beberapa waktu lalu? Kini kelompok poligami itu kembali menuai kontroversi dengan menerbitkan buku panduan seks Islami. Buku itu menyerukan kaum pria yang berpoligami untuk berhubungan seks dengan semua istrinya pada waktu bersamaan.
Bahkan dalam buku setebal 115 halaman itu, ada sebuah bab berjudul: "Bagaimana Seks Menjadi Ibadah" yang berisi penjelasan blak-blakan mengenai seks, salah satunya tentang ajaran tentang mencumbu payudara. Demikian seperti diberitakan harian Malaysia, The Star, Jumat (14/10/2011).
Belum lama ini, klub tersebut menjadi bahan pemberitaan dengan imbauan radikalnya mengenai seks dan pernikahan. Imbauan itu termasuk agar kaum istri melayani suami-suami mereka di tempat tidur dengan lebih baik daripada pelacur untuk mencegah suami mereka selingkuh.
Saat peluncurannya pada Juni lalu, "Klub Istri Patuh" menyatakan telah memiliki 800 anggota di Malaysia dan 200 lainnya di negara-negara lain.
Jamil Khir Baharom, Menteri Malaysia yang bertanggung jawab atas masalah-masalah Islami, telah berjanji akan menyelidiki isi buku kontroversial tersebut. Penerbitan buku ini memang sangat berani mengingat Malaysia melarang buku-buku yang dianggap pornografi atau menghina Islam.
Maria Chin Abdullah, direktur eksekutif kelompok pembela wanita, Empower, menyebut buku tersebut sebagai penghinaan atas peran wanita.
"Itu benar-benar penghinaan bagi gerakan hak-hak wanita. "Kami telah melangkah sejauh ini untuk menyatakan kaum wanita bukan cuma obyek seks," cetusnya.
...............
Lihat dan perhatikan baik-baik kalimat yang dibold dan digarisbawahi, ada beberapa hal yang ingin saya kemukakan di tulisan ini:
- Ditulis dalam laman Detik.com tersebut bahwa “…kaum istri melayani suami-suami mereka di tempat tidur dengan lebih baik daripada pelacur untuk mencegah suami mereka selingkuh…”. Sebelumnya dikatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang “pemberitaan dengan imbauan radikalnya…”. Saya kok agak rancu memahami paragraf ini. Menurut saya, maksud dari “melayani yang lebih baik dari pelacur” adalah para istri seharusnya memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada suaminya dengan maksud agar suaminya merasa betah dengan istrinya, dengan demikian rumah tangga bisa harmonis sehingga suami tidak berpikir untuk selingkuh. Tujuan yang baik bukan?! Masak berniat melayani agar suami tidak selingkuh adalah sesuatu yang radikal? Jika demikian, apabila suami selingkuh berarti “tidak radikal”? Radikal itu apa sih? Saya tidak bermaksud membahas buku tersebut karena saya juga belum membacanya, tapi di sini terkait pemberitaan detik.com yang seakan-akan membangun opini bahwa “istri yang melayani suaminya dengan sangat baik adalah radikal”. Juga seakan-akan detik.com mengarahkan pembaca bahwa “mencegah suami untuk tidak selingkuh adalah radikal”. Sekali lagi, radikal itu apa?
- Pada paragraf kelima dari berita tersebut, buku terbitan "Klub Istri Patuh" dinilai sangat berani dan dianggap pornografi atau menghina Islam. Detik.com menilai buku tersebut terindikasi sebagai karya pornografi atau menghina Islam. Jika benar buku itu “saja” merupakan sesuatu yang dianggap vulgar (porno), pertanyaan saya selanjutnya, bagaimana dengan buku-buku lain yang mengumbar seksualitas lebih dari itu? Bukan cuma buku, tapi karya-karya lainnya yang bahkan ada yang dianggap sebagai karya jurnalistik. Majalah “Playboy” yang dikenal sebagai majalah porno internasional, majalah dewasa dengan berbagai nama ada yang resmi ada pula ilegal yang menceritakan bagaimana hubungan seks pria-wanita dengan sangat detail, dan masih banyak lagi. Termasuk juga film-film di layar lebar bioskop yang dari baliho promonya saja sudah menampilkan aurat wanita yang bagi saya sangat vulgar. Tidak bisa dipungkiri pula film-film di layar kaca (televisi) yang meskipun sudah melalui Lembaga Sensor Film (LSF) tapi kerap kali adegan-adegannya mengundang (maaf) syahwat –bagi yang normal. Apa ini bukan termasuk hal yang porno? Berani saya katakan karya-karya seni yang saya sebut barusan juga menghina Islam. Kenapa? Karena Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an, Kitab Suci Umat Islam, yang artinya bahwa, “Janganlah kamu mendekati zina!”. Ayat ini jelas melarang segala hal yang sangat bisa mendekatkan siapa saja kepada zina, termasuk tulisan, bacaan, gambar-gambar dan tontonan yang sensual. Apalagi Umat Islam adalah mayoritas di negara ini. Apa Islam tidak merasa terhina?
- Pada paragraf kedua dari bawah, detik.com mengutip ungkapan seorang pemerhati wanita yang mengatakan bahwa buku terbitan "Klub Istri Patuh" tersebut adalah penghinaan atas peran wanita. Sekali lagi, bukan buku tersebut yang saya bahas, tapi penggiringan opini dalam berita itu yang menurut saya terkesan memaksa pembaca untuk men-set pola pikirnya bahwa hal-hal yang sebenarnya baik dalam Islam adalah tidak baik. Bukannya tugas wanita adalah melayani suaminya dengan sebaik mungkin? Apakah istri yang diwajibkan melayani suaminya dengan sebaik mungkin berarti bahwa istri tersebut dihinakan? Justru sebaliknya, naluri seorang istri pada umumnya adalah memberikan pelayanan kepada suaminya. Lah, masa melayani suami disebut penghinaan. “Istri melayani suami dengan baik” dalam hal ini hanyalah sebagai sampel dari isi buku tersebut. Sama halnya dengan poin dua di atas, masih terlalu banyak buku dan karya lainnya yang lebih dan sangat “menghina wanita” dengan mengobral sisi-sisi vital kewanitaan yang amat sangat tidak layak dipublis. Bagaimana pula dengan kontes-kontes kecantikan yang dengan ekslusifnya mengumbar aurat-aurat wanita walau masih berbikini atas dalih mempromosikan budaya Tanah Air?
- Dalam Islam, sepemahaman saya, tidak hanya diatur bagaimana beribadah ritual semata seperti sholat, puasa, haji dan sebagainya, tapi juga mengatur sisi-sisi sosial kemasyarakat, humanisme pun termasuk seksiologi dan kerumah tanggaan. Jangankan itu, hal sesepele potong kuku-pun diatur dalam Islam, apalagi dalam berumah tangga. Jadi, kalau ada orang atau sekelompok orang yang menyampaikan panduan tentang seks Islami, saya kira itu tidak masalah. Dalam haditsnya, Rasulullah pernah menyampaikan bahwa hubungan suami istri bisa menjadi amal ibadah jika niatnya untuk ibadah dan dilakukan sesuai dengan tuntunan Islam. Saya memang belum membaca buku yang dimaksud detik.com dalam beritanya tersebut, tapi saya hanya ingin menyampaiakan sesuai dengan kalimat pertama saya dalam tulisan ini, terlepas dari sejauh mana vulgaritas sensual yang dikupas dalam buku itu, bahwa media-media mainstream tidak bisa dipungkiri kerap kali menggiring opini pembaca untuk mencap buruk beberapa hal yang sebenarnya dalam syariat Islam sangat dianjurkan.
بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي
كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
"Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki diwaktu pagi masih mukmin dan diwaktu sore telah kafir, dan diwaktu sore masih beriman dan paginya sudah menjadi kafir, ia menjual agamanya demi kesenangan dunia.“(HR Ahmad 8493)
Mudah-mudahan, kita bisa lebih dewasa dalam menyikapi sebuah berita. Marilah kita pilih, mana media yang tepat untuk kita, dan mana media yang harus kita jauhi , karena hanya akan membuat rusak hati anak, istri dan keturunan kita. Wassalam,wr,wb…
Jakarta, 14 Oktober 2011
Masyhid, tinggal di Jakarta
Sumber: Hidayatullah.com
Ups…Klub Istri Patuh Dituding Anjurkan ‘Berbagi Ranjang Bersama’
0 comments:
http://arabyislam.com