Friday, December 3, 2010

Biografi Umar bin Khaththab

Biografi Umar bin Khaththab - Shahabat yang digelari oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam dengan "Al Faruq"

Kelahiran Beliau

Umar bin Khaththab dilahirkan pada tahun ke 13 setelah peristiwa Gajah (‘amul fil), tepatnya empat tahun setelah perang Fijar di sebuah rumah di perkampungan Makkah.Beliau berasal dari keluarga Quraisy yang terpandang, tumbuh sebagaimana umumnya anak Arab asli yang senang berkuda, ilmu dan penelitian, cinta kebenaran dan benci kebatilan beserta para pelaku dan kelompoknya.

Nasab Beliau

Yaitu Umar bin Khaththab bin Nufail, dan bersambung nasabnya pada Adiy bin Ka’ab bin Luaiy al-Quraisyi. Sedang ibu beliau adalah Khuntamah binti Hisyam bin al-Mughirah dari Bani Makhzum.

Kepribadian Beliau

Umar Radhiallaahu`anhu adalah sosok pribadi yang bersungguh-sungguh (serius), teguh hati dan pemberani, selalu menyelesaikan tanggung jawab dan tugasnya dengan baik. Sejak masa Jahiliyah beliau tak pernah kenal dengan perbuatan rendahan, kesia-siaan dan mengumbar kesenangan hawa nafsu.
Beliau menjauhi dan mencela adat buruk kaumnya yang rendah dan rakus dengan kemaksiatan. Beliau tidak pernah berzina, minum khamer baik di masa Jahiliyah maupun setelah masuk Islam sebelum diharamkannya khamer. Imam az-Zamakhsyari mengatakan,”Bahwa karena doa beliaulah Allah mengharamkann khamer, dan itulah asbabun nuzul ayat yang mengharamkan khamer.Diriwaytakan bahwa ketika beliau melihat diantara shahabat ada yang saling bertengkar dan mencela setelah minum khamer sehingga mempermainkan akal dan merusaknya, maka beliau berdoa,”Ya Allah jelaskanlah kepada kami tentang khamer dengan keterangan yang tegas.”Maka Allah menurunkan ayat yang mengharamkan dan menajiskannya.

Bagaimanapun beliau adalah seorang tokoh yang istimewa dalam setiap langkah hidupnya. Kepribadiannya tidak akan dapat tertandingi dan ditiru oleh hakim maupun pemimpin sesudahnya. Sebab beliau adalah sari dari doa Nabi saw yang mustajab yang dimunajatkan disaat-saat paling genting, ketika menanggung beban penderitaan yang amat berat, di hari ketika Rasulullah  dengan sepenuh jiwa memohon kepada Rabbul A’la agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar; Umar bin al Khaththab dan Umar bin Hisyam (Abu Jahal). Dan akhirnya Umar bin Khaththab lah yang dipilih Allah untuk menjadi tulang punggung dan dan kekuatan Islam.

Masuk Islamnya Umar

Tidak gampang bagi Umar yang dikenal memiliki watak keras dan temperamen untuk meninggalkan prinsip lamanya yang turun temurun dianaut oleh nenek moyangnya. Namun fitrahnya yang suci dan lurus ternyata dapat meluluhkan kekerasan wataknya hingga dengan rela ia meninggalkan agama leluhurnya. Dari riwayat-riwayat yang ada tersimpul bahwa keislaman Umar melewati beberapa tahapan. Bermula dari sebuah peristiwa disuatu malam ketika itu ia keluar rumah menuju Masjidil Haram, dan sesampainya disana tepatnya di ka’bah beliau menyibak tirai kain penutup ka’bah. Maka didapatinya Nabi Shalallahu alaihi wa salam sedang mendirikan shalat, sedangkan yang dibaca oleh Nabi waktu itu adalah surat al Haqqah. Umarpun menyimak bacaan al-Qur’an itu dan ia merasa ta’jub dengan susunan bahasanya. Umar berkata dalam hati,”Demi Allah tentu ini adalah ucapan penyair sebagaimana yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”Lalu Nabi  membaca ayat, al Haaqqah 40-41
Umar lalu berkata lagi dalam hati,”Kalau begitu ini pasti ucapan tukang tenung (kahin).” Maka Nabi membaca kelanjutan ayat diatas, 42—
Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam meneruskan bacaannya hingga akhir surat seperti yang diceritakan Umar sendiri, dan mulai saat itulah cahaya Islam menyusup ke dalam hatinya.
Namun rupanya itu belum cukup bagi Umar untuk dapat mendobrak selubung jahiliah dan fanatisme tradisi yang telah mendarah daging dan menjadi urat nadinya. Sehingga meski hati kecilnya telah merasa tertarik dengan Islam namun tetap saja ia bersikeras memusuhi Islam tanpa peduli terhadap perasaan hati yang yang tersembunyi di balik selubung itu.
Puncak dari kekerasan wataknya dan permusuhannya terhadap Rasulullah adalah tatkala pada suatu hari ia keluar rumah sambil menghunus pedangnya, dengan maksud ingin membunuh beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam. Namun rupanya Allah berkehendak lain yakni bukannya berhasil membunuh Nabi namun malah sebaliknya pada hari itulah doa Rasulullah  agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar terkabul.Yaitu tatkala dalam perjalanan menuju rumah Nabi, ia berpapasan dengan Nu’aim bin abdullah an Naham al Adawy atau seorang laki-laki dari Bani Zuhrah atau seorang laki-laki dari Bani Mahzum.
“Hendak ke mana engkau wahai Umar?” Sapa orang tersebut.”Aku akan mengahibisi Muhammad.” Jawabnya.”Apa yang bisa menjamain keamanan dirimu dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?” Tanya laki-laki itu lagi.Umarpun menyahut,”Menurut pengamatanku rupanya engkau telah keluar meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini.” Laki-laki tersebut melanjutkan ucapannya,”Bagaimana jika kutunjukkan sesuatau yang lebih membuatmu tercengang? Sesungguhnya adikmu dan iparmu juga telah keluar meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk.”
Maka dengan spontan Umar mengurungkan niatnya menuju rumah Rasulullah, dan merubah tujuannya yaitu pergi menemui adik perempuannya untuk membuktikan kabar yang baru saja didengarnya.
Sementara itu di dalam rumahnya, Fathimah adik Umar dan suaminya sedang menghadapi shahifah (lembaran wahyu) yang berisi surat Thaha yang dibacakan oleh Khabbab bin al Harb.Ketika Khabbab mendengar kedatangan Umar ia segera menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan Fathimah menyembunyikan shahifah al Qur’an.
Tatkala masuk rumah, Umar yang sempat mendengar ayat al-Qur’an yang dibaca Khabbab langsung bertanya, ”Apa suara bisik-bisik yang sempat aku dengar dari kalian tadi?”Maka dijawab oleh keduanya bahwa itu hanya sekedar bisik-bisik diantara mereka.”Kupikir kalian sudah keluar dari agama kita,” lanjut Umar.”Wahai Umar,” kata adik iparnya,”Apa pendapatmu jika kebenaran ada pada agama selain agamamu?”
Seketika Umar melompat ke arah adik iparnya lalu menendangnya keras-keras hingga terjatuh. Fathimah mendekat untuk menolong suaminya dan membantu mengangkat badannya, namun tangan umar keburu melayang ke wajahnya hingga akhirnya mengeluarkan darah. Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Umar memukul Fathimah hingga terluka.
Dengan berang Fathimah berujar,”Memang kebenaran itu ada pada selain agamamu (yaitu agama Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam , red), maka bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan muhammad adalah rasul Allah!” Melihat keteguhan adiknya Umar mulai putus asa, apalagi ketika memandangi darah yang mengalir di wajahnya. Diapun menyesal dan merasa malu atas apa yang telah ia perbuat.”Mana al Kitab yang tadi kalian baca,” kata Umar yang masih penasaran. Adiknya menjawab,”Engkau adalah orang najis, Kitab ini tidak boleh di sentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Bangun dan mandilah jika engkau memang mau!”
Umar segera menuruti ucapan adiknya, selesai mandi ia pegangi al Kitab itu dan mulailah ia membaca isinya.”Bismillahir rahmanir rahim,” nama-nama yang indah dan suci, gumamnya. Kemudian ia lanjutkan membaca, Thaha hingga berhenti pada ayat yang ke empat belas.”Alangkah indah dan mulianya kalam ini, kata Umar,”Tunjukkan padaku di mana Muhammad berada saat ini!”
Mendengar ucapan Umar, Khabbab segera muncul dari ruang belakang lalu berkata,”Terimalah kabar gembira wahai Umar, karena aku berharap agara doa Rasulullah  pada malam Kamis itu (agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar) jatuh pada dirimu. Rasulullah saat ini sedang berada di sebuah rumah dikaki bukit Shafa.”
Umar segera bergegas menuju tempat yang dimaksud, iapun menggedor pintu rumah. Seseorang mengintip dari celah pintu dan nampak olehnya sosok Umar sedang berdiri sambil menghunus pedang. Hamzah yang juga berada di tempat itu bertanya,”Ada apa dengan kalian?”Mereka mmemberitahukan bahwa Umar datang ke tempat itu.
Rasulullah memberi isyarat agar Hamzah menghampiri Umar, maka dia keluar menemui Umar lalu membawanya bertemu beliau di dalam sebuah ruangan.”Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan bencana seperti yang menimpa al Walid bin al Mughirah? Ya Allah inilah Umar bin Khaththab, ya Allah kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khaththab.”Demikian Nabi bersabda.
“Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah,” Umar bersyahadat mengikrarkan diri masuk Islam. Maka bertakbirlah seluruh yang berada di dalam ruangan dengan serempak hingga terdengar oleh orang-orang yang berada di Masjidil Haram.

Setelah Umar Masuk Islam

Banyak sekali perubahan yang dirasakan kaum muslimin dengan Islamnya Umar, secara umum hal itu membuat posisi kaum muslimin makin kuat dan mendatangkan kehormatan, kemuliaan dan kegembiraan bagi mereka. Sedangakan bagi kaum kafir Quraisy keislaman Umar jelas menorehkan kehinaan sehingga membuat gempar dan keguncangan di kalangan mereka.
Ibnu Jauzy menyebutkan bahwa Umar Radhiallaahu anhu berkata,”Jika seseorang masuk Islam maka orang-orang mencekalnya lalu memukulinya. Dan setelah aku masuk Islam aku mendatangi pamanku al Ash bin Hasyim, kuberi tahu dia tentang keislamanku namun dia malah masuk rumah. Lalu kudatangi salah seorang pembesar Quraisy (kemungkinan Abu Jahal, menurut perawi, red) lalu kuberi tahu tentang keislamanku dan dia pun justeru masuk rumah.

Sungguh luar biasa tak seorangpun diantara orang kafir Quraisy yang berani menghadapi Umar Radhiallaahu anhu , bahkan Abu Jahal sekalipun.Terbukti ketika Umar mendatanginya dan mengabarkan bahwa dirinya masuk Islam dia hanya menggebrak pintu sambil mengumpat,”Semoga Allah memburukkan rupamu dan memburukkan apa yang engkau bawa,” tanpa melakukan tindakan apa-apa. Padahal sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Ishaq dengan sanadnya dari Umar Radhiyallaahu`anhu bahwa dia (Umar) mendapati di antara penduduk Makkah yang paling keras memusuhi Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah Abu Jahal.
Karena diantara mereka tidak ada yang berani menghadapi Umar satu lawan satu, maka ketika ada kesempatan dikala mereka sedang berkelompok sedang Umar sendirian terjadilah pengeroyokan terhadap diri Umar. Sekian lama mereka memukuli Umar dan Umar memukuli mereka hingga akhirnya Umar terduduk dalam keadaan lemas. Mereka berdiri di samping kepalanya, lalu Umar berkata,”Lakukan apa yang kalian mau. Aku bersumpah kepada Allah andaikata jumlah kami sudah mencapai tiga ratus orang maka kamilah yang akan melumatkan kalian, atau (kalau tidak) biarlah kalian yang melumatkan kami.”
Shuhaib bin Sinan ar Rumy Radhiallaahu anhu berkata,”Setelah Umar masuk Islam maka Islam semakin nampak di permukaan dan dakwah dilakukan secara terang-terangan.Kami bisa duduk membuat lingkaran (halaqah) disekitar Baitul Haram, thawaf di sekeliling Ka’bah dan berani mengambil tindakan terhadap orang-orang yang berlaku kasar kepada kami.”

Sementara itu di lain pihak kaum musyrikan dibuat kalang kabut dengan islamnya Umar, mereka kebingungan mencari akal, melakukan tekanan-tekanan dan penyiksaan terhadap orang-orang muslim.Berbagai macam penawaran yang sekiranya dapat menghentikan laju dakwah diajukan kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam .Mereka tidak menyadari bahwa siapapun yang telah mendapatkan siraman cahaya Islam maka tak akan ada artinya sehelai sayap nyamuk di hadapan dakwah beliau. Merekapun gagal mencapai apa yang mereka angankan.

Penutup

Demikian sejarah singkat Umar bin Khaththab Radhiallaahu anhu, mulai kelahiran hingga keislamannya. Amat banyak dan besar jasa-jasa beliau terhadap Islam yang tentu tak dapat diungkapkan.Seorang amirul mukminin, satu diantara empat khulafa’ur rasyidin yang diantara bajunya bertambal dan tidurnya beralas pelepah daun kurma. Beliau meninggal dunia ditangan seorang pengkhianat, munafik Abu Lu’lu’ di suatu pagi ketika mengimami shalat Shubuh.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 comments:

http://arabyislam.com