Friday, December 3, 2010

Biografi Umar bin Khaththab
Biografi Umar bin Khaththab - Shahabat yang digelari oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam dengan "Al Faruq"

Kelahiran Beliau

Umar bin Khaththab dilahirkan pada tahun ke 13 setelah peristiwa Gajah (‘amul fil), tepatnya empat tahun setelah perang Fijar di sebuah rumah di perkampungan Makkah.Beliau berasal dari keluarga Quraisy yang terpandang, tumbuh sebagaimana umumnya anak Arab asli yang senang berkuda, ilmu dan penelitian, cinta kebenaran dan benci kebatilan beserta para pelaku dan kelompoknya.

Nasab Beliau

Yaitu Umar bin Khaththab bin Nufail, dan bersambung nasabnya pada Adiy bin Ka’ab bin Luaiy al-Quraisyi. Sedang ibu beliau adalah Khuntamah binti Hisyam bin al-Mughirah dari Bani Makhzum.

Kepribadian Beliau

Umar Radhiallaahu`anhu adalah sosok pribadi yang bersungguh-sungguh (serius), teguh hati dan pemberani, selalu menyelesaikan tanggung jawab dan tugasnya dengan baik. Sejak masa Jahiliyah beliau tak pernah kenal dengan perbuatan rendahan, kesia-siaan dan mengumbar kesenangan hawa nafsu.
Beliau menjauhi dan mencela adat buruk kaumnya yang rendah dan rakus dengan kemaksiatan. Beliau tidak pernah berzina, minum khamer baik di masa Jahiliyah maupun setelah masuk Islam sebelum diharamkannya khamer. Imam az-Zamakhsyari mengatakan,”Bahwa karena doa beliaulah Allah mengharamkann khamer, dan itulah asbabun nuzul ayat yang mengharamkan khamer.Diriwaytakan bahwa ketika beliau melihat diantara shahabat ada yang saling bertengkar dan mencela setelah minum khamer sehingga mempermainkan akal dan merusaknya, maka beliau berdoa,”Ya Allah jelaskanlah kepada kami tentang khamer dengan keterangan yang tegas.”Maka Allah menurunkan ayat yang mengharamkan dan menajiskannya.

Bagaimanapun beliau adalah seorang tokoh yang istimewa dalam setiap langkah hidupnya. Kepribadiannya tidak akan dapat tertandingi dan ditiru oleh hakim maupun pemimpin sesudahnya. Sebab beliau adalah sari dari doa Nabi saw yang mustajab yang dimunajatkan disaat-saat paling genting, ketika menanggung beban penderitaan yang amat berat, di hari ketika Rasulullah  dengan sepenuh jiwa memohon kepada Rabbul A’la agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar; Umar bin al Khaththab dan Umar bin Hisyam (Abu Jahal). Dan akhirnya Umar bin Khaththab lah yang dipilih Allah untuk menjadi tulang punggung dan dan kekuatan Islam.

Masuk Islamnya Umar

Tidak gampang bagi Umar yang dikenal memiliki watak keras dan temperamen untuk meninggalkan prinsip lamanya yang turun temurun dianaut oleh nenek moyangnya. Namun fitrahnya yang suci dan lurus ternyata dapat meluluhkan kekerasan wataknya hingga dengan rela ia meninggalkan agama leluhurnya. Dari riwayat-riwayat yang ada tersimpul bahwa keislaman Umar melewati beberapa tahapan. Bermula dari sebuah peristiwa disuatu malam ketika itu ia keluar rumah menuju Masjidil Haram, dan sesampainya disana tepatnya di ka’bah beliau menyibak tirai kain penutup ka’bah. Maka didapatinya Nabi Shalallahu alaihi wa salam sedang mendirikan shalat, sedangkan yang dibaca oleh Nabi waktu itu adalah surat al Haqqah. Umarpun menyimak bacaan al-Qur’an itu dan ia merasa ta’jub dengan susunan bahasanya. Umar berkata dalam hati,”Demi Allah tentu ini adalah ucapan penyair sebagaimana yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”Lalu Nabi  membaca ayat, al Haaqqah 40-41
Umar lalu berkata lagi dalam hati,”Kalau begitu ini pasti ucapan tukang tenung (kahin).” Maka Nabi membaca kelanjutan ayat diatas, 42—
Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam meneruskan bacaannya hingga akhir surat seperti yang diceritakan Umar sendiri, dan mulai saat itulah cahaya Islam menyusup ke dalam hatinya.
Namun rupanya itu belum cukup bagi Umar untuk dapat mendobrak selubung jahiliah dan fanatisme tradisi yang telah mendarah daging dan menjadi urat nadinya. Sehingga meski hati kecilnya telah merasa tertarik dengan Islam namun tetap saja ia bersikeras memusuhi Islam tanpa peduli terhadap perasaan hati yang yang tersembunyi di balik selubung itu.
Puncak dari kekerasan wataknya dan permusuhannya terhadap Rasulullah adalah tatkala pada suatu hari ia keluar rumah sambil menghunus pedangnya, dengan maksud ingin membunuh beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam. Namun rupanya Allah berkehendak lain yakni bukannya berhasil membunuh Nabi namun malah sebaliknya pada hari itulah doa Rasulullah  agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar terkabul.Yaitu tatkala dalam perjalanan menuju rumah Nabi, ia berpapasan dengan Nu’aim bin abdullah an Naham al Adawy atau seorang laki-laki dari Bani Zuhrah atau seorang laki-laki dari Bani Mahzum.
“Hendak ke mana engkau wahai Umar?” Sapa orang tersebut.”Aku akan mengahibisi Muhammad.” Jawabnya.”Apa yang bisa menjamain keamanan dirimu dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?” Tanya laki-laki itu lagi.Umarpun menyahut,”Menurut pengamatanku rupanya engkau telah keluar meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini.” Laki-laki tersebut melanjutkan ucapannya,”Bagaimana jika kutunjukkan sesuatau yang lebih membuatmu tercengang? Sesungguhnya adikmu dan iparmu juga telah keluar meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk.”
Maka dengan spontan Umar mengurungkan niatnya menuju rumah Rasulullah, dan merubah tujuannya yaitu pergi menemui adik perempuannya untuk membuktikan kabar yang baru saja didengarnya.
Sementara itu di dalam rumahnya, Fathimah adik Umar dan suaminya sedang menghadapi shahifah (lembaran wahyu) yang berisi surat Thaha yang dibacakan oleh Khabbab bin al Harb.Ketika Khabbab mendengar kedatangan Umar ia segera menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan Fathimah menyembunyikan shahifah al Qur’an.
Tatkala masuk rumah, Umar yang sempat mendengar ayat al-Qur’an yang dibaca Khabbab langsung bertanya, ”Apa suara bisik-bisik yang sempat aku dengar dari kalian tadi?”Maka dijawab oleh keduanya bahwa itu hanya sekedar bisik-bisik diantara mereka.”Kupikir kalian sudah keluar dari agama kita,” lanjut Umar.”Wahai Umar,” kata adik iparnya,”Apa pendapatmu jika kebenaran ada pada agama selain agamamu?”
Seketika Umar melompat ke arah adik iparnya lalu menendangnya keras-keras hingga terjatuh. Fathimah mendekat untuk menolong suaminya dan membantu mengangkat badannya, namun tangan umar keburu melayang ke wajahnya hingga akhirnya mengeluarkan darah. Menurut riwayat Ibnu Ishaq, Umar memukul Fathimah hingga terluka.
Dengan berang Fathimah berujar,”Memang kebenaran itu ada pada selain agamamu (yaitu agama Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam , red), maka bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan muhammad adalah rasul Allah!” Melihat keteguhan adiknya Umar mulai putus asa, apalagi ketika memandangi darah yang mengalir di wajahnya. Diapun menyesal dan merasa malu atas apa yang telah ia perbuat.”Mana al Kitab yang tadi kalian baca,” kata Umar yang masih penasaran. Adiknya menjawab,”Engkau adalah orang najis, Kitab ini tidak boleh di sentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Bangun dan mandilah jika engkau memang mau!”
Umar segera menuruti ucapan adiknya, selesai mandi ia pegangi al Kitab itu dan mulailah ia membaca isinya.”Bismillahir rahmanir rahim,” nama-nama yang indah dan suci, gumamnya. Kemudian ia lanjutkan membaca, Thaha hingga berhenti pada ayat yang ke empat belas.”Alangkah indah dan mulianya kalam ini, kata Umar,”Tunjukkan padaku di mana Muhammad berada saat ini!”
Mendengar ucapan Umar, Khabbab segera muncul dari ruang belakang lalu berkata,”Terimalah kabar gembira wahai Umar, karena aku berharap agara doa Rasulullah  pada malam Kamis itu (agar memperkuat Islam dengan salah satu dari dua Umar) jatuh pada dirimu. Rasulullah saat ini sedang berada di sebuah rumah dikaki bukit Shafa.”
Umar segera bergegas menuju tempat yang dimaksud, iapun menggedor pintu rumah. Seseorang mengintip dari celah pintu dan nampak olehnya sosok Umar sedang berdiri sambil menghunus pedang. Hamzah yang juga berada di tempat itu bertanya,”Ada apa dengan kalian?”Mereka mmemberitahukan bahwa Umar datang ke tempat itu.
Rasulullah memberi isyarat agar Hamzah menghampiri Umar, maka dia keluar menemui Umar lalu membawanya bertemu beliau di dalam sebuah ruangan.”Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan bencana seperti yang menimpa al Walid bin al Mughirah? Ya Allah inilah Umar bin Khaththab, ya Allah kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khaththab.”Demikian Nabi bersabda.
“Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah,” Umar bersyahadat mengikrarkan diri masuk Islam. Maka bertakbirlah seluruh yang berada di dalam ruangan dengan serempak hingga terdengar oleh orang-orang yang berada di Masjidil Haram.

Setelah Umar Masuk Islam

Banyak sekali perubahan yang dirasakan kaum muslimin dengan Islamnya Umar, secara umum hal itu membuat posisi kaum muslimin makin kuat dan mendatangkan kehormatan, kemuliaan dan kegembiraan bagi mereka. Sedangakan bagi kaum kafir Quraisy keislaman Umar jelas menorehkan kehinaan sehingga membuat gempar dan keguncangan di kalangan mereka.
Ibnu Jauzy menyebutkan bahwa Umar Radhiallaahu anhu berkata,”Jika seseorang masuk Islam maka orang-orang mencekalnya lalu memukulinya. Dan setelah aku masuk Islam aku mendatangi pamanku al Ash bin Hasyim, kuberi tahu dia tentang keislamanku namun dia malah masuk rumah. Lalu kudatangi salah seorang pembesar Quraisy (kemungkinan Abu Jahal, menurut perawi, red) lalu kuberi tahu tentang keislamanku dan dia pun justeru masuk rumah.

Sungguh luar biasa tak seorangpun diantara orang kafir Quraisy yang berani menghadapi Umar Radhiallaahu anhu , bahkan Abu Jahal sekalipun.Terbukti ketika Umar mendatanginya dan mengabarkan bahwa dirinya masuk Islam dia hanya menggebrak pintu sambil mengumpat,”Semoga Allah memburukkan rupamu dan memburukkan apa yang engkau bawa,” tanpa melakukan tindakan apa-apa. Padahal sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Ishaq dengan sanadnya dari Umar Radhiyallaahu`anhu bahwa dia (Umar) mendapati di antara penduduk Makkah yang paling keras memusuhi Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah Abu Jahal.
Karena diantara mereka tidak ada yang berani menghadapi Umar satu lawan satu, maka ketika ada kesempatan dikala mereka sedang berkelompok sedang Umar sendirian terjadilah pengeroyokan terhadap diri Umar. Sekian lama mereka memukuli Umar dan Umar memukuli mereka hingga akhirnya Umar terduduk dalam keadaan lemas. Mereka berdiri di samping kepalanya, lalu Umar berkata,”Lakukan apa yang kalian mau. Aku bersumpah kepada Allah andaikata jumlah kami sudah mencapai tiga ratus orang maka kamilah yang akan melumatkan kalian, atau (kalau tidak) biarlah kalian yang melumatkan kami.”
Shuhaib bin Sinan ar Rumy Radhiallaahu anhu berkata,”Setelah Umar masuk Islam maka Islam semakin nampak di permukaan dan dakwah dilakukan secara terang-terangan.Kami bisa duduk membuat lingkaran (halaqah) disekitar Baitul Haram, thawaf di sekeliling Ka’bah dan berani mengambil tindakan terhadap orang-orang yang berlaku kasar kepada kami.”

Sementara itu di lain pihak kaum musyrikan dibuat kalang kabut dengan islamnya Umar, mereka kebingungan mencari akal, melakukan tekanan-tekanan dan penyiksaan terhadap orang-orang muslim.Berbagai macam penawaran yang sekiranya dapat menghentikan laju dakwah diajukan kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam .Mereka tidak menyadari bahwa siapapun yang telah mendapatkan siraman cahaya Islam maka tak akan ada artinya sehelai sayap nyamuk di hadapan dakwah beliau. Merekapun gagal mencapai apa yang mereka angankan.

Penutup

Demikian sejarah singkat Umar bin Khaththab Radhiallaahu anhu, mulai kelahiran hingga keislamannya. Amat banyak dan besar jasa-jasa beliau terhadap Islam yang tentu tak dapat diungkapkan.Seorang amirul mukminin, satu diantara empat khulafa’ur rasyidin yang diantara bajunya bertambal dan tidurnya beralas pelepah daun kurma. Beliau meninggal dunia ditangan seorang pengkhianat, munafik Abu Lu’lu’ di suatu pagi ketika mengimami shalat Shubuh.

Sunday, November 21, 2010

Awas Narsis
بسم الله الرحمن الرحيم

Awas Narsis

Sebelumnya penulis tidak mengerti apa itu Narsis Setelah membaca dan memahami apa itu narsis, Akhirnya terpikir untuk menuliskan sebuah Artikel Awas Narsis. Karena hal ini penting sekali untuk kita ketahui, kita pahami dan kita jauhi dari kehidupan kita, bila tidak  tanpa kita sadari ternyata Narsis tumbuh di dalam pribadi kita.

Pada artikel kali ini penulis sampaikan secara singkat mengenai Narsis dan penulis memohon kepada Allah Ta`ala agar artikel ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca dan bagi orang-orang yang menyebarkannya.

Narsis atau Narsisme menurut ilmu psikologi adalah perasaan cinta atau kagum terhadap diri sendiri secara berlebihan. Rasa ini melahirkan pola sikap yang egosentris atau berpusat pada diri sendiri, pernah obsesi dan hasrat yang besar untuk diakui dan terkenal. Untuk itu, mereka cenderung manipulatif dan selalu berusaha mengeksploitasi diri atau bahkan orang lain.

Sedangkan Narsis secara rill adalah " ketika anda mulai suka merekam atau memotret diri sendiri dengan kamera HP dari sudut kanan atas dan menyebarkan hasilnya di internet, salah satunya melalui Facebook". Tapi ini salah satu bentuk riilnya, tidak perlu tersinggung kalau kebetulan anda pernah melakukannya. Namun bisa jadi, yang semacam itu merupakan gejala awal narsisme yang hari ini menggejala dengan berbagai bentuknya dan mulai mengarah ketaraf akut. Dan internet menjadi media yang paling bertanggungjawab terhadap pesebaran sindrom ini. Lebih-lebih, hari ini internet bisa diakses dengan mudah melalui HP.

"Awas Narsis", kata-kata ini perlu kita jadikan slogan biar kita tahu dan kita sadar. Apabila penyakit ini telah sampai kepada punjaknya (taraf akut) mampu mendorong seseorang untuk menghalalkan segala cara demi terkenal dan diakui keberadaannya atau biasa disebut "ngeksis". Cara mudahnya dengan membuat sebuah sensasi yang konyol atau sesuatu yang sangat norak atau dengan mengekspos kecantikan dan kemolekan tubuh atau sesuatu yang berbau porno. na`udzubillah min dzalik

Fenomena ini sangat memprihatinkan sekali dimana terjadinya kemunduran akhlak manusia, seharusnya dengan  kemajuan teknologi yang begitu pesatnya akhlak semakin terjunjung tinggi. Fenomen ini tidak lain karena lemahnya iman dan meninggkatnya syahwat matearilisme.

Kesimpulan narsisme adalah pohon akhlak tercela, yang berakar pada rasa ujub dan cinta popularitas yang benihnya ada dalam diri setiap manusia, tidak akan merusak asal tidak dibiarkan tumbuh. Adapun obatnya yakni kita senantiasa memupuk keimanan sehingga mendorong sikap tawadhu` dan menjaga kewibawaan diri.

Wednesday, November 10, 2010

Biografi Abdullah bin Jahsy
Biografi Abdullah bin Jahsy " Ya Allah, pertemukanlah aku esok dengan seorang yang kuat tenaganya dan tinggi emosinya..."

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah Abdullah bin Jahsy bin Riab bin ya'mar bin Khuzaimah al asady. Beliau dari suku  Asad  dan beliau biasa dipanggil Abu Muhammad dan beliau dilahirkan di Mekkah, dekat Baitullah al-Haram dan beliau merupakan saudara misan  sekaligus saudara ipar bagi Rasulullah karena ibunya bernama Aminah binti Abdul Muththalib bin Hasyim dan saudarinya adalah Zainab binti Jahsy yaitu istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan salah satu Ummahatul Mukminin. Dia orang pertama dipercayai oleh Rasulullah membawa panji Islam pertama. Dia pulalah orang pertama yang dipanggilkan “Amirul Mu’minin.”

Keislaman Beliau

Sejarah keislamannya, beliau termasuk orang yang masuk Islam pada awal-awal munculnya Islam. Tepatnya, sebelum Rasulullah masuk ke rumah al-Arqom bin ar-Qom. Rumah itu menjadi terkenal, karena ketika pemeluk Islam masih dapat dihitung dengan jari,
Rasulullah sering berkumpul di sana dengan para sahabat yang seiman. Karena itu jelas Abdullah termasuk kelompok pertama orang-orang yang masuk Islam.

Hijrah  Beliau

Beliau hijrah bersama kaum muslimin menuju negeri Habasyah. hal ini berdasarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Rasulullah berkata: "Kalau kalian mau hijrah ke negeri Habasyah, disana terdapat seorang raja yang tidak berlaku zhalim kepada siapapun, dialah negeri kejujuran hingga Allah membukakan kelapangan dari keadaan kalian dewasa ini". Kemudian kaum muslimin hijrah kenegeri Habasyah dan menetap disana.

Sampailah berita kepada kaum muhajirin bahwa kaum Quraisy sudah sadar dan masuk Islam, lalu Abdullah dan beberapa orang Muhajirin lainnya kembali ke Mekkah.

Ternyata, berita Islamnya kaum Quraisy itu hanyalah isapan jempol yang disebarluaskan Quraisy supaya para Muhajirin itu kembali untuk menghadapi siksaan dan penganiayaan yang baru lagi.

Dan terakhir beliau hijrah menuju Madinah beliau meninggalkan rumah, harta dan segala kekayaan yang beliau miliki. Rasulullah bersabda “Tidak relakah engkau, hai ‘Abdullah? Allah menggantinya dengan rumah yang lebih baik di surga?"
“Tentu saja rela, ya Rasulullah!” kata ‘Abdullah. “Nah.. itulah untukmu!” kata Rasulullah meyakinkan. Maka sejuklah hati ‘Abdullah.

Peperangan yang beliau hadapi

Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam pernah memilih beliau sebagai komando sekaligus pembawa bendera islam dalam suatu ekpedisi dengan tugas pengintipan. Didalam melaksanakan tugas tersebut beliau dan para shahabat yang lainya melangar perintah Rasulullah sehingga turunlah ayat yang berkaitan dengan beliau.
Beliau juga pernah ikut dalam perang badr dan perang uhud. Adapun perang uhud sebagaimana didalam sebuah riwayat dari putera Sa'ad bin Abi Waqqash, ayahnya berkata,"pada waktu itu, sebelum Perang Uhud berkobar, Abdullah bin Jahsy bertanya, 'apakah tidak sebaiknya kami berdoa kepada Allah?".
Mereka masing-masing berdoa. Sa'ad berdoa,"Ya Allah, kalau kami bertemu musuh esok hari, pertemukanlah aku dengan seorang yang bertenaga kuat dan beremosi tinggi. Saya akan membunuhnya dan merampas miliknya".
Abdullah bin Jahsy berdoa,"Ya Allah, pertemukanlah aku esok dengan seorang yang kuat tenaganya dan tinggi emosinya. Aku akan membunuhnya karenaMu, lalu orang itu membunuhku, kemudian ia memotong hidung dan kedua telingaku. Apabila engkau bertanya kepadaku kelak, 'Ya Abdullah, mengapa hidung dan telingamu itu?'. Aku akan menjawab, 'Ia dipotong oleh orang karenaMu dan karena RasulMu semata-mata, Ya Allah'. Engkau lalu berfirman,'benar kau, Abdullah' ".
Selanjutnya, Sa'ad bin Abi waqqash berkata, "ternyata doa Abdullah bin Jahsy lebih baiik dari doaku. Pada keesokan harinya, menjelang hari berakhir, aku melihat kedua daun telinganya dan ujung hidungnya bergantung dengan seutas tali".

Wafat Beliau

Abdullah bin Jahsy wafat pada tahun 3 Hijriah ketika itu umur beliau antara 43-49 tahun. Beliau gugur sebagai syahid pada perang uhud. Beliau dibunuh oleh Abu al-Hakam bin al-Akhnas bin Syariq.  Beliau dikuburkan bersama pamannya yaitu Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Rasulullah menguburkan mereka berdua dalam satu liang lahat.

Sunday, November 7, 2010

Gambar-gambar Bunga
                                                            السلام عليكم        

Bismillah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan atas Rasulullah, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah. 

Pembaca yang dirahmati Allah Ta`ala, artikel kali ini bertema gambar-gambar bunga. Pembaca dapat melihat atau mendownload atau mungkin tertarik untuk memilih salah satu gambar  untuk dijadikan wallpaper desktop. Insya Allah gambar-gambar bunga ini akan berseri.






















Monday, October 25, 2010

Tilawah Alquran Syaikh bin Baz
Tilawah Alquran Syaikh bin Baz - Segala puji bagi Allah Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan atas Rasulullah, keluarga beliau dan para shahabat beliau.
Termasuk menambah keimanan seseorang yaitu dengan mendengarkan bacaan Alquran (ayat-ayat Allah). Apabila orang yang membaca Alquran tersebut adalah orang yang alim dan memahami isi Alquran, tentulah perasaan kita akan terbawa olehnya. Dengarkanlah tilawah Alquran Syaikh bin Baz dibawah ini semoga bermanfaat.



Saturday, October 23, 2010

Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Syaikh Abdul Aziz bin Baz - Beliau adalah Syaikhul Islam Abu Abdillah Abdul Aziz Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz. Beliau dilahirkan di kota Riyadh pada bulan Dzulhijjah tahun 1330 H dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan pancaran ilmu.

Pada mulanya beliau bisa melihat, kemudian pada tahun 1346 H beliau menderita sakit mata sehingga lemah penglihatannya, Kemudian matanya menjadi buta pada tahun 1350 H tetapi Allah menggantinya dengan kepandaian yang luas dalam agama serta kesempurnaan rasa ridha dan kepasrahan kepada rabb semesta alam.

Sudah dimaklumi oleh setiap orang yang memperhatikan, bahwa syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah seorang yang luas ilmunya, penuh kebijaksanaan, banyak karya-karyanya, penuh kegiatannya, sangat tekun, tidak lemah, tidak lesu dan tidak bosan.
Selalu berdzikir kepada Allah, baik akhlaknya, tawadhu', sangat takut kepada Allah, banyak memerintahkan kebaikan dan banyak  melarang kemungkaran. Berda'wah kepada Allah dengan ilmu dan hikmah, tegas terhadap ahli bid'ah serta memurnikan tauhid dengan memerangi syirik.

Tidak menjumpai celaan orang  yang mencela agama dan sunnah kecuali beliau segera cepat membantahnya dan menyangkal dengan menggunakan ilmu dan hikmah, bukan sekadar dengan semangat dan emosi. Oleh karena itu hati telah bersatu untuk mencintainya dan akal sehat telah berkumpul untuk menghormatinya dan memuliakannya.

Beliau mulai belajar dan mencari ilmu sejak kecil, telah hafal al-Qur'an sebelum baligh, mengambil ilmu-ilmu agama dan bahasa arab sejak kecil dari sejumlah ulam-ulama besar Nejed dan lain-lain.

Diantara guru-guru beliau

1.  Syaikh Sa'd bin Waqqash Bukhary dari Makkah
2.  Syaikh Sa'ad bin Hamad bin Atiq seorang hakim di kota Riyad
3.  Syaikh Hamad bin Faris
4. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh seoarang Mufti Saudi dan ini adalah guru beliau yang utama dan yang  terbesar.

JABATAN - JABATAN  YANG  PERNAH  DIDUDUKINYA

Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah menduduki jabatan-jabatan ilmiyah yang tinggi diantaranya:
  1. Jabatan Qadhi di kota Kharj tahun 1357 H-1371 H.
  2. Diangkat sebagai guru di Ma'had Ilmi di Riyadh pada tahun 1372 H dan guru di Fakultas Syari'ah tahun 1373 H-1380 H.
  3. Diangkat sebagai na'ibrais (wakil rektor) Jami'ah Islamiyyah di Madinah  Al Munawwarah pada tahun 1381 H.
  4. Diangkat sebagai Rektor Jami'ah Islamiyyah pada tahun 1390 H-1395 H.
  5. Pada tanggal 14/10/1395 beliau diangkat sebagai mufti umum di Kerajaan Arab Saudi hingga beliau wafat.
Disamping jabatan – jabatan tersebut beliau juga menjadi:
  1. Anggota Haiatu Kibari al-Ulama di Kerajaan Arab Saudi.
  2. Pimpinan tertinggi Lembaga Masjid Sedunia.
  3. Pimpinan al-Majma al-Fiqhi al-Islami yang bernaung di bawah Rabithah al-'Alami Islami.
Serta masih ada lagi jabatan lain yang beliau pegang.

KARYA – KARYA  BELIAU

Beliau banyak menulis buku - buku yang bermanfaat,demikian pula dengan ceramah-ceramah dan pembicaraan-pembicaraanya melalui surat-surat kabar dan  media siaran lainnya. Karya-karya beliau yang masyhur diantaranya:
  1. At-Tahqiquwal-Idhahu li Katsirin min masaili al-Hajji waaz-Ziarah.
  2. At-Tahdziru min al-Bida'.
  3. Risalatani fi az-Zakat wa ash-Shiyam.
  4. Al-qidatu ash-Shahihahwa ma Yudhaadduha
  5. Wujubul-'Amali bi Sunnatir-RasulwaKufru man Ankaraha.
  6. Al-Fawaid al-Jaliyyah min al-Mabahits al-Fardhiyah.
  7. Ad-Da'wahilallahwaAkhlak ad-Du'at.
  8. WujubuTahkimiSyar'illahwanabdzu ma Yukhalifuhu.
  9. Hukmu as-Sufurwa al-Hijab waNikahasy-Syighar.
  10. Naqdhul-Qaumiyyah al-Arabiyyah.
  11. Al-JawabulMufid fi Hukmit-Tashfir.
  12. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab : Da'watuhuwaShiratuhu.
  13. Tsalatuar-Rosail fish-Sholat.
  14. Hukmu Islam fimanThaa'ana fi al-Qur'an, wa fi rosulillah.
  15. Hasyiyah 'alaAjzai min Kitab : Fathil Bari Syarah al-Bukhari.
  16. Iqamatilbarahin 'alaHukmi man Istaghatsa bi Ghairillah au Shaddaqa al-Kahanatawal-'Arraafin.
  17. Al-Jihad fi Sabilillah.
  18. Al-Durus al-Muhimmah li-'Aammatil -Ummah.
  19. Majmu' al-Fatawa hingga sekarang telah terbit delapan jilid.
Wafatnya

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz wafat di Riyadh menjelang fajar hari kamis 27 muharram tahun 1420 H dan di makamkan di Makkah. Semoga Allah meridhainya dan menempatkannya dalam keluasan jannahNya.

Wednesday, October 20, 2010

Juwayriyah Binti Al-Harits
Juwayriyah Binti Al-Harits - Wanita Agung Barakah bagi kaumnya
Beliau adalah juwayriyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar bin Al-Habib Al-Khuza'iyah Al-Mushthaliqiyah. Beliau adalah secantik-cantik wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi .

Hasil undian Juwayriyah adalah bagian untuk Tsabit bin Qais bin Syamas atau anak pamannya, tatkala itu Juwayriyah berumur 20 tahun. Dan,akhirnya beliau selamat dari kehinaan sebagai tawanan/rampasan perang dan kerendahannya. Beliau menulis untuk Tsabit bi Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi ibalah hati Nabi Shalallahu alaihi wassalam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya pada Juwairiyah,"Maukah engkau mendapatkan yang lebih baik dari hal itu?" maka dia menjawab dengan sopan,"Apakah itu ya Rasulullah?" beliau menjawab,"Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!" maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan, sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya, beliau menjawab,"Mau ya, Rasulullah".Maka Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:"Aku telah melakukannya"

Aisyah Ummul Mukminin berkata:"Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah menikahi Juwayriyah binti Al-Harits bin Abi Dhirar. maka orang-orang berkata:"Kerabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam!maka mereka melepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau dengan Juwayriyah menjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq, maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwayriyah".

Dan Ummul Mukminin Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwayriyah:"Juwayriyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya, sedangkan demi Allah aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena saya menduga bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam akan melihat sebagaimana yang aku lihat"1

Maka masuklah pengantin wanita, sayyidah Bani Mushthaliq kedalam rumah tangga nubuwwah. Pada mulanya nama beliau adalah Burrah, namun Rasulullah menggantinya dengan Juwairiyah karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum.2

Ibnu Hajar menyebutkan didalam Ishabah tentang kuatnya iman Juwayriyah radhiyallau anha. Beliau berkata :"Ayah Juwayriyah mendatangi Rasul dan berkata:"Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan, karena terlalu mulia dari hal itu. Maka Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda:"Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih diantara kita, apakah anda setuju?". "Baiklah", katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwayriyah dan menyuruhnya untuk memilih dirinya dengan Rasulullah maka beliau menjawab,"Aku memilih Allah dan Rasul-Nya".

Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau bernama Al-Harits masuk islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya. ummul Mukminin Juwayriyah wafat pada tahun 50 hijriyah, adapula yang mengatakan tahun 56 Hijriyah.

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin Juwayriyah, karena pernikahannya dengan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membawa barakah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari memalinglkan ibadah selian Allah dan kesyirikan, menuju kekbebasan dan cahaya islam beserta kewibawaannya. hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah shalallahu aliahi wassalam beristri lebih dari satu.

Monday, September 27, 2010

Kisah Pendeta Roma yang akhirnya masuk Islam
Kisah Pendeta Roma yang akhirnya masuk Islam - Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti sunnahnya dan menjadikan ajarannya sebagai petunjuk sampai hari kiamat.

Sejarah Islam, baik yang dulu maupun sekarang senantiasa menceritakan kepada kita, contoh-contoh indah dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mereka memiliki semangat yang begitu tinggi dalam mencari agama yang benar. Untuk itulah, mereka mencurahkan segenap jiwa dan mengorbankan milik mereka yang berharga, sehingga mereka dijadikan permisalan, dan sebagai bukti bagi Allah atas makhluk-Nya.

Sesungguhnya siapa saja yang bersegera mencari kebenaran, berlandaskan keikhlasan karena Allah Ta’ala, pasti Dia Azza wa Jalla akan menunjukinya kepada kebenaran tersebut, dan dapat dianugerahkan kepadanya nikmat terbesar di alam nyata ini, yaitu kenikmati Islam. Semoga Allah merahmati Syaikh kami Al-Albani yang sering mengulang-ngulangi perkataan.

“Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan As-Sunnah”.

Diantara kalimat mutiara ulama salaf adalah:
“Sesungguhnya diantara nikmat Allah atas orang ‘ajam dan pemuda adalah, ketika dia beribadah bertemu dengan pengibar sunnah, kemudian dia membimbingnya kepada sunnah Rasulullah.

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya”.

Inilah kalimat tauhid, kalimat yang baik dan kunci surga. Kalimat inilah stasiun pertama dari jalan panjang yang penuh dengan onak dan duri, kalimat taqwa bukanlah kalimat yang mudah bagi seseorang insan yang ingin menggerakkan lisannya untuk mengucapkannya, demikian juga ketika dia ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam. Karena, ketika seorang insan ingin mengeluarkannya dari hatinya yang paling dalam, maka dia harus mengetahui terlebih dahulu, bahwa kalimat itu keluar dengan seizin Allah Ta’ala.

Demikianlah yang dialami oleh Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memerliharanya, meluruskannya diatas jalan keistiqomahan, serta menutup lembaran hidupnya diatas Islam-

Inilah dia yang akan menceritakan kepada kita, bagaimana dia meninggalkan agama kaumnya (Nasrani) menuju Islam, dan bagaimana dia telah mengorbankan kekayaan ayahnya serta kemewahan hidupnya, di suatu jalan (hakekat terbesar), demi mencari kebebasan akal dan jiwa.

Ibrahim (dulu bernama Danial) –semoga Allah memeliharanya, dan mengokohkannya diatas jalan keistiqomahan- menceritakan :

Saya adalah seorang lelaki dari keluarga Roma, seorang anak dari keluarga kaya, semasa kecil, saya hidup dengan kemewahan dan kemakmuran. Demikianlah, kulalui masa kecilku. Ketika masa remajapun, saya banyak menghabiskan waktu dengan kemewahan bersama teman-temanku, ketika itu saya memiliki sebuah mobil mewah dan uang, sehingga saya bisa memiliki segala sesuatu dan tidak pernah kekurangan.

Akan tetapi sejak kecil, saya senantiasa merasa bahwa dalam kehidupan ini ada yang kurang, dan saya yakin bahwa ada sesuatu yang salah di dalam hidupku, serta suatu kekosongan yang harus kupenuhi, karena semua sarana kehidupan ini bukanlah tujuanku.

Saya mulai tertarik dengan agama, dan mulailah kubaca Injil, pergi ke gereja, serta kusibukkan diriku dengan membaca buku-buku agama Kristen. Dari buku-buku yang kubaca tersebut, mulai kudapatkan sebagian jawaban atas berbagai pertanyaannku, akan tetapi tetap saja belum sempurna

Dahulu saya bangun pagi setiap hari dan pergi ke pantai, saya merenungi laut sambil membaca buku-buku dan shalat Setelah dua bulan dari permulaan hidupku ini, saya merasa mantap bahwa saya tidak mampu terus menerus menjalani hidupku seperti biasanya setelah beragama. Ketika itu, saya mendatangi ayahku dan kukabarkan kepadanya bahwa saya tidak bisa melanjutkan bekerja dengannya, saya juga pergi mendatangi ibu dan saudara-saudariku dan kukabarkan kepada mereka bahwa saya telah mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka

Kemudian kusiapkan tasku lalu naik kereta tanpa kuketahui ke mana saya hendak pergi, hingga saya tiba di kota Polon, kemudian saya masuk ke Ad-Dir [1] disana, lalu naik gunung yang tinggi. Saya menetap di gunung selama kira-kira sebulan, saya tidak berbicara dengan siapapun, saya hanya membaca dan beribadah.

Sekitar tiga tahun, saya senantiasa berpindah-pindah dari satu Ad-Dir ke Ad-Dir yang lain, saya membaca dan beribadah, kebalikannya para pendeta yang tidak bisa meninggalkan Ad-Dir mereka, karena saya tidak pernah memberikan janji untuk menjadi seorang pendeta di suatu Ad-Dir tertentu, dan janji tersebut akan menghalangiku untuk keluar masuk darinya.

Setelah itu, saya memutuskan untuk berkelilng ke berbagai negeri, maka saya memulai perjalanan panjangku dari Italia melalui Slovania, Hungaria, Nimsa, Romania, Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, dari sana menuju India. Semua perjalanan ini saya tempuh melalui jalur darat. Saya mendengar suara adzan di Turki, dan saya sudah pernah mendengarnya di Kairo (Mesir) pada perjalananku sebelumnya, akan tetapi kali ini sangat terkesan, sehingga saya mencintai

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang muslim Syi’ah di perbatasan Iran dan Pakistan, dia dan temannya menjamuku dan mulai menjelaskan kepadaku tentang Islam versi Syi’ah. Keduanya menyebutkan Imam Duabelas dan mereka tidak menjelaskan kepadaku tentang Islam dengan sebenarnya, bahkan mereka memfokuskan pada ajaran Syi’ah dan Imam Ali Radhiyallahu ‘anhu, serta tentang penantian mereka terhadap seorang Imam yang ikhlas, yang akan datang untuk membebaskan manusia.

Semua diskusi tersebut sama sekali tidak menarik perhatianku, dan saya belum mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaanku dalam rangka mencari hakekat kebenaran. Orang Syi’ah itu menawarkan kepadaku untuk mempelajari Islam di kota Qum, Iran, selama tiga bulan tanpa dipungut biaya, akan tetapi saya memilih untuk melanjutkan perjalananku dan kutinggalkan mereka.

Kemudian saya menuju India, dan ketika saya turun dari kereta, pertama yang kulihat adalah manusia yang membawa kendi-kendi di pagi hari sekali dengan berlari-lari kecil menuju kedalam kota, maka kuikuti mereka dan saya melihat mereka berthowaf mengelilingi sapi betina yang tebuat dari emas, ketika itu saya sadar bahwa India bukanlah tempat yang kucari.

Setelah itu, saya kembali ke Italia dan dirawat di rumah sakit selama sebulan penuh, hampir saja saya meninggal dikarenakan penyakit yang saya derita ketika di India, akan tetapi Allah telah menyelamatkanku, Alhamdulillah.

Saya keluar dari rumah sakit menuju rumah, dan mulailah saya berfikir tentang langkah-langkah yang akan saya ambil setelah perjalanan panjang ini, maka saya memutuskan untuk terus dalam jalanku mencari hakekat kebenaran. Saya kembali ke Ad-Dir dan mulailah kujalani kehidupan seorang pendeta di sebuah Ad-Dir di Roma. Pada waktu itu saya telah diminta oleh para pembesar pendeta disana untuk

Saya merasa ada sesuatu yang mendorongku untuk keluar dari Ad-Dir, setelah itu saya menuju Al-Quds karena saya beriman akan kesuciannya. Maka mulailah saya berpergian menuju Al-Quds melalui jalur darat melewati berbagai negeri, sampai akhirnya saya tiba di Siria, Lebanon, Oman dan Al-Quds, saya tinggal disana seminggu, kemudian saya kembali ke Italia, maka bertambahlah pertanyaan-pertanyaanku, saya kembali ke rumah lalu kubuka Injil.

Pada kesempatan ini, saya merasa berkewajiban untuk membaca Injil dari permulaannya, maka saya memulai dari Taurat, menelusuri kisah-kisah para nabi bani Israel. Pada tahap ini mulai nampak jelas di dalam diriku makna-makna kerasulan hakiki yang Allah mengutus kepadanya, mulailah saya merasakannya, sehingga muncullah berbagai pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya, saya berusaha menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut dari perpustakaanku yang penuh dengan buku-buku tentang Injil dan Taurat.

Pada saat itu, saya teringat suara adzan yang pernah kudengar ketika berkeliling ke berbagai negeri serta pengetahuanku bahwa kaum muslimin beriman terhadap Tuhan yang satu, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia. Dan inilah yang dulu saya yakini, maka saya berkomitmen : Saya harus berkenalan dengan Islam, kemudian mulailah ku-kumpulkan buku-buku tentang Islam, diantara yang saya miliki adalah terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Italia, yang pernah saya beli ketika berkeliling ke berbagai negeri.

Setelah kutelaah buku-buku tersebut, saya berkesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang dipahami oleh mayoritas orang-orang barat, yaitu sebagai agama pembunuh, perampok dan teroris. Akan tetapi yang saya dapati adalah Islam itu agama kasih sayang dan petunjuk, serta sangat dekat dengan makna hakiki dari Taurat dan Injil.

Kemudian saya putuskan untuk kembali ke Al-Quds, karena saya yakin bahwa Al-Quds adalah tempat turunnya kerasulan terdahulu, akan tetapi kali ini saya menaiki pesawat terbang dari Italia menuju Al-Quds. Saya turun di tempat turunnya para pendeta dan peziarah dibawah panduan hause bus Armenia di daerah negeri kuno. Di dalam tasku, saya tidak membawa sesuatu kecuali sedikit pakaian, terjemahan Al-Qur’an, Injil dan Taurat, kemudian saya mulai membaca lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, saya membandingkan kandungan Al-Qur’an dengan isi Taurat dan Injil, sehingga saya berkesimpulan bahwa kandungan Al-Qur’an sangat dekat dengan ajaran Musa dan Isa ‘Alaihis salam yang asli

Selanjutnya saya mulai berdialog dengan kaum muslimin untuk menanyakan kepada mereka tentang Islam, sampai akhirnya saya bertemu dengan sahabatku yang mulia Wasiim Hujair, kami berbincang-bincang tentang Islam. Saya juga banyak bertemu dengan teman-teman, mereka menjelaskan kepada saya tentang Islam. Setelah itu, saudara Wasiim mengatakan kepadaku bahwa dia akan mengadakan suatu pertemuan antara saya dengan salah seorang da’i dari teman-temannya para da’i.

Pertemuan itu berlangsung dengan saudara yang mulia Amjad Salhub, kemudian terjadilah perbincangan yang bagus tentang agama Islam. Diantara perkara yang paling mempengaruhiku adalah kisah sahabat yang mulia, Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu, karena didalamnya ada kemiripan dengan ceritaku tentang pencarian hakekat kebenaran.

Kami berkumpul lagi dalam pertemuan yang lain dengan saudara Amjad beserta teman-temannya, diantaranya Fadhilatusy Syaikh Hisyam Al-Arif Hafidhohullah, maka berlangsunglah dialog tentang Islam dan keagungannya, kebetulan ketika itu saya memiliki beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab oleh Syaikh.

Setalah itu, saya terus menerus berkomunikasi dengan saudara Amjad yang dengan sabar menjelaskan jawaban atas mayoritas pertanyaan-pertanyaannku. Pada saat seperti itu di depan saya ada dua pilihan, antara saya mengikuti kebenaran atau menolaknya, dan saya sama sekali tidak sanggup menolak kebenaran tersebut setelah saya meyakini bahwa Islam adalah jalan yang benar.

Pada saat itu juga, saya merasakan bahwa waktu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat telah tiba. Ternyata tiba-tiba saudara Amjad mendatangiku bertepatan dengan waktu dikumandangkannya adzan untuk shalat dhuhur. Waktu itu benar-benar telah tiba, sehingga tiada pilihan bagiku kecuali saya mengucapkan.

“Asyhadu An Laa Ilaha Illallahu Wa Anna Muhammadan Rasulullah”

Saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.

Maka serta merta saudara Amjad memeluku dengan pelukan yang ramah, seraya memberikan ucapan selamat atas ke-Islamanku, kemudian kami sujud syukur sebagaimana ungkapan terima kasih kepada Allah atas anugerah nikmat ini. Kemudian saya diminta mandi [2] dan berangkat ke Masjid Al-Aqsho untuk menunaikan shalat dhuhur.

Di tempat tersebut setelah shalat, saya menemui jama’ah shalat dengan syahadat, yaitu persaksian kebenaran dan tauhid yang telah Allah anugerahkan kepadaku. Setelah saya mengetahui bahwa siapa saja yang masuk Islam wajib baginya berkhitan, maka segala puji dan anugerah milik Allah, saya tunaikan kewajiban berkhitan tersebut sebagai bentuk meneladani bepaknya para nabi, yaitu Ibrahim Alaihis sallam yang melakukan khitan pada usia 80 tahun.[3]

Itulah diriku, saya telah memulai hidup baru dibawah naungan agama kebenaran, agama yang penuh dengan kasih sayang dan cahaya. Saya senantiasa menuntut ilmu agama dari kitab Allah Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan manhaj salaf (pendahulu) umat ini, dari kalangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum beserta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Segala puji bagi Allah atas anugerah Islam dan As-Sunnah.

[Dialihbahasakan oleh Abu Zahro Imam Wahyudi Lc dari majalah Ad-Da’wah As-Salafiyah – Palestina edisi Perdana, Muharram 1427H halaman 21-24]

SUMBER:RISALAHJIHAD.BLOGSPOT.COM

Friday, September 10, 2010

Biografi Abdullah bin Amr bin Ash
Biografi Abdullah bin Amr bin Ash - Beliau adalah Abdullah bin amr bin ash, ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Al ash. Ketika beliau masuk Islam Nabi Muhammad shallallahualaihiwasallam merubah nama beliau dengan Abdullah. Gelar beliau adalah Abu Muhammad atau ada pula yang mengatakan Abdurrahman atau Abu Nushair Al QuraysAs Sahmi.


Beliau adalah sosok mujahid yang tangguh, tinggi, gemuk dan berwajah kemerah-merahan putih rambut dan jenggotnya.Ketika usianya telah lanjut kedua mata beliau buta. Abdullah bin Amr adalah orang yang alim, shalih, kuat dan bersemangat dalam beribadah. Beliau adalah sahabat rasulullah, demikian pula Bapaknya, bahkan beliau lebih dahulu masuk islam sebelum bapaknya. Beliau dikenal sangat rajin membaca Al quran, tiada punya rasa bosan. Abdullah memang dikenal sangat rajin beribadah, baik sholat, puasa membaca Al Quran maupun shalat malam, sampai beliau berlebihan dalam menjalankannya.Rasulullah pun memanggil Abdullah dan diperintahkan agar tidak terlalu berlebihan dalam beribadah.
Dan beliau bersabda :

"Aku puasa dan berbuka, bangun shalat malam dan tidur juga menikahi wanita, maka yang tidak suka sunahku tidaklah termasuk golonganku"

Abdullah bin Amr ini semenjak masuk Islam pertama-tama yang menjadi pusat perhatiannya adalah Al Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur. Setiap turun ayat maka dihafalkan dan diusahakan untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan sempurna beliau pun telah hafal keseluruhannya. Dan beliau menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingatakan tetap idihafalkan dengan tujuan dapat dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian menjadi hamba Allah yang taat.

Abdullah pernah berkata: "Kami telah mengumpulkan Al Quran kemudian kami membaca keseluruhannnya dalam waktu semalam".Memang beliau dikaruniakan akal yang sempurna ,cerdas, semangat dalam mencari ilmu dariNabi, rajin dan tekun mencatat. Ia pun memiliki ilmu dan amal yang mapan.

Abu hurairah pernah berkata"Tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah yang lebih banyak haditsnya dari pada kami kecuali abdullah bin amr, Karena beliau menulis dan kami tidak menulis."

Diantara keistimewaan beliau adalah bahwa beliau sebaik-baik ahlu bait. Dan ketika berada di rumah rasulullah ,rasul bertanya"Tahukah kamu siapa yang bersama kami di rumah ?", Kami berkata: "siapaya rasulullah". Beliau menjawab Jibril.Kami berkata"Assalamualaika yaa jibril warahmatullah".Kemudian rasulullah bersabda"Sesungguhnya Jibril telah menjawab salam kamu"(HR Tabrani).

Beliau wafat pada malam hari di usianya yang ke 72 tahun bertepatan dengan tahun 65 atau 63 hijriah.Beliau dimakamkan di rumah beliau sendiri, karena terjadinya kerusuhan di waktu itu.